Kamis, 06 Oktober 2011

Prosfek Budidaya Tembakau Rajang

SELONG--Sedikit berbeda dengan para petani yang membudidayakan tembakau Virginia atau lebih dikenal dengan tembakau oven. Petani yang membudidayakan tembakau rajang ternyata lebih bergairah.
Timbulnya gairah petani tembakau rajang, dipicu harga tembakau rajang yang terbilang mahal. ‘’Harga tembakau rajang saat ini di tingkat petani Rp 400 ribu per kuintal. Sedangkan harga tembakau yang sudah dirajang dan dalam bentuk tumpian bisa terjual Rp 3,5 juta hingga Rp 4,2 juta per kuintal,’’ kata pengusaha tembakau rajang asal Desa
Pohgading, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) Zainudin, di gudangnya, kemarin.
Dengan nilai jual itu, praktis menguntungkan para petani karena dinilai cukup tinggi. Tapi, harga tersebut kemungkinan akan turun. ‘’Pengalaman tahun lalu, memasuki Agustus atau menjelang musim tanam harga tembakau akan turun,’’ jelasnya.
Dijelaskan, tembakau kasturi dan vender jaya memiliki perbedaan baik dari bentuk maupun warna. Tembakau kasturi memiliki daun lebih besar dan biasanya menghasilkan tembakau yang lebih hitam. Sedangkan vender jaya merupakan jenis tembakau berdaun kecil. ‘’Dari dua dua jenis tembakau tersebut, vender jaya katanya yang paling diminati petani maupun pembeli. Di kawasan Pohgading, sekitar 95 persen petani memilih menanam tembakau jenis tersebut,’’ ungkapnya.
Petani tembakau rajang kata dia, semakin bergairah saja menanam tembakau. Budidaya tembakau rajang itu, mulai dilakukan petani sejak Mei 2011 lalu. ‘’Soal modal dibutuhkan nilai yang relatif besar. Setidaknya memiliki modal Rp 200 juta. Pengalaman, biaya sebesar itu harus dikeluarkan agar bisa dalam bentuk tumpian. Rata-rata sehari dikeluarkan dana Rp 500 ribu untuk membayar upah buruh,’’ kata dia.
Sementara, salah seorang pekerja Inaq Fahmi mengaku, musim tanam tembakau merupakan masa mencari uang tambahan jajan bagi anak- anaknya.
Upah diterimanya dari pemilik gudang terbilang memang masih relatif kecil. Satu tumpi hanya digaji Rp 1.500. Meski nilainya tidak besar, sudah cukup membantu perekonomiannya. ‘’Kita ini orang tak mampu,” keluhnya.
Dijelaskan, membuat tembakau tumpi membutuhkan waktu sepekan, bahkan lebih. Mulai dari memisahkan daun dari tulang tembakau (merut), mengendapkan, menjemur, dan membolak balikkan tembakau yang sedang dijemur dan dirajang. ‘’Kita melakukan cukup lama,” jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar